Dari paparan rapimkap hari rabu kemarin ada hal menarik data yang disajikan farmasi.
Pasien rajal 1 semester 51.000
Pasien non bpjsnya 35.000.
Resep yang diterima farmasi 7000
Artinya 28.000 resep tdk diterima farmasi
Jika 1 pasien diberi 1 lembar resep dan 1 resep harganya 1.000.000.
Maka ada loss pendapatan dari pasien non BPJS di rajal sebesar
28.000 x 1.000.000 = 28.000.000.000
( Dua puluh delapan milyar).
Jika laporan rajal kemarin dikatakan pendapatan rajal 8 milyar, maka semestinya pendapatan rajal adalah 36 milyar
36 milyar dicapai jika obat non BPJS semua di tebus di farmasi.
Mengapa bisa loss pendapatan tinggi
1. Obat kosong karena lelang ulang
2. Obat tidak tersedia sedari awal
3. Waktu lama
4. Penulisan resep masih manual
5. Permintaan pasien ingin tebus diluar sedari awal kepada dokter
6. Dan faktor lainnya
Oleh karenanya sudah mendesak:
1. Ketersediaan obat dijamin oleh farmasi melalui pengadaan obat yg lebih simple dan anti gagal lelang.
2. Waktu layanan penyediaan obat dipercepat oleh farmasi dengan :
A. membuka jalur khusus penyediaan obat untuk pasien non BPJS di alamanda
C. Pelaksanaan e resep online untuk order obat
D. Pengantaran obat ke pasien kerjasama dengan pihak ke 3
E. Re lokasi kasir dari radiologi ke farmasi.
F. Penambahan SDM di layanan farmasi disaat beban puncak
Ini butuh bantuan unit kerja lain selain farmasi khususnya pada proses pengadaan obat agar tidak terjadi gagal lelang dan konsistensi permintaan obat sesuai dengan formularium RSAB Harapan Kita.
Komentar
Posting Komentar